[O] Ready, set, Boom?

OOC: TAKUT WEBE!! (agak nggak tega karna cakap si arthady kasar amat ><; )
Timeline: Pagi menjelang siang. 10 a.m
Location: Didekat Gerbang Fatalite Academy


Di Fatalite Academy yang tenang, tampak seorang lelaki berjalan dari arah gerbang. Angin bertiup menyejukkan namun tak tampak sedikit pun kepuasan diwajahnya. Kalau menebak umur, sepertinya masih belasan tahun, anak SMA.

Rambutnya yang panjang berantakan semakin tak teratur saat tertiup sang angin. Sebuah kotak yang lumayan besar berbentuk gitar tersampir ditubuhnya. Mana mungkin dia pernah meninggalkan benda itu.

Dialah anak satu-satunya Arthady Corporation. Arthady Kimaru. Raut wajahnya mulai berubah kesal.

"Damn it! Siapa sih yang nyuruh aku datang kesini tanpa ngasih aku gambaran tempat sialan ini?!" Ia merogoh saku celananya kasar dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian memencet cepat nomer seseorang yang sudah sangat dikenalnya.


Tak berapa lama, mulutnya kembali mengucapkan makian segera setelah terdengar seseorang berkata-kata diponselnya.


"Kubunuh dia nanti!" kutuknya lalu memutuskan panggilan tersebut.

"Jadi... aku harus bertanya, huh?"

Quintz sedang berdiri di dekat gerbang membaca buku.
ia mendengar seseorang mengumpat tidak je;as. Ah!!hari ini sang kepsek memakai baju SMA lagi!!rambu panjang hitamnya terurai

OOC: kok kayak terpotong postingannya, senpai? maap pendek xD;

Ah, ada satu orang. Orang berambut hitam panjang. Wanita? Atau lelaki? Oh, Arthady mana pernah peduli hal begitu (OOT: disepak kepsek). Tapi coba saja bertanya padanya, begitu pikir lelaki tersebut.

"Oi, kau! Iya kau yang rambut panjang" panggilnya. Dasar tak sopan.

OOT:saya cowok chara nya
_______________________

Quintz melongo ,dan menoleh kanan kiri

"siapa?aku"tanya nya polos

OOC: maap!! itu udah edited xD; dan jangan tersinggung sama kata-kata saya di RP ya ><; <<nggak enak hati

Suaranya berat. Rupanya dia cowok ya, pikir Arthady.

"Aku mau tanya tentang sekolah ini. Bisa nggak kau antarkan aku berkeliling ditempat ini? Aku nggak melihat ada peta atau miniatur bodoh di sekolah ini. Cih, katanya sekolah tenar. Apanya?!" makian lain keluar lagi dari mulutnya.

Pagi yang cerah, sesosok gadis manis berambut panjang keperakkan tengah berjalan-jalan sendirian. Merasakan sejuknya udara pagi yang membuatnya semakin bersemangat untuk meneruskan jalan-jalannya, walaupun sendirian. Sebenarnya, ia sedang berjalan menuju tempat kerjanya, Black and White cafe.

Gadis itu, Firiel Evellyn Matherlance, murid kelas 3 Junior élève du secondaire.

Lalu ia melihat sosok yang familiar di matanya, Quintz, dan seorang lelaki yang tak ia kenal. Tanpa basa-basi lagi, Firi segera menghampiri Quintz dan orang yang tak ia kenal itu. Ia agak kaget juga mendengar kata-kata hinaan keluar dari mulut lelaki itu ketika Firi sudah berada di dekatnya.

Firi tersenyum, "Anda memang benar! Bahkan waktu aku pertama kali pindah kesini, aku diberi map yang sesat!" responnya tiba-tiba sambil tersenyum pada lelaki yang kira-kira berusia sekitaran anak SMA itu.

"Anda memang benar! Bahkan waktu aku pertama kali pindah kesini, aku diberi map yang sesat!"

Arthady menoleh kearah orang yang barusan berbicara. "Ha? Kau berbicara sama siapa? Dan lagi, siapa kau?!" tanyanya heran namun masih cenderung...kasar.

"Hei kau, ayo cepat antarkan aku! Niat nggak sih?! Cih!" ucapnya tak sabaran pada lelaki rambut panjang lalu beralih lagi pada sang wanita "Kau juga, cewek! Mana map sesat yang kau bilang tadi? Atau jangan-jangan kau terlalu bodoh untuk membacanya, heh??"

Ia pun menarik keluar iPhone dari sakunya, kemudian memasangkan headphone dikedua telinganya. Sampai kapan aku harus menunggu mereka yang bengong begitu?!

Quintz nyengir. Ia mengikat rambutnya dan tersenyum

"ayo...Kimaru-kun...."katanya sambil nyengir

"Hng..." Ia berjalan mengikuti lelaki itu dari belakang.

"Hei, kau ikut apa tidak?!!" ia membentak gadis yang masih terbengong itu.

(OOC: oh, real webe ==a)

Ryu sedang tidur diatas pohon, tadinya ia ingin tidur di ruangan Quintz tapi saat itu Quintz sedang tidak ada jadinya terpaksa ia tidur diatas pohon karena tidak mungkin ia tidur dikelas.

Ketika Ryu tidur tidak sengaja ia membalikkan tubuhnya , tentu saja ia terjatuh. Namun Ryu sendiri tidak menyadarinya , ia baru tersadar ketika menimpa sesuatu serta suara yang cukup kencang.

"A...duh.." ucap Ryu sambil mengelus kepalanya yang sedikit sakit.

-------------------------------
Siapa yang mau jadi korban ketimpa Ryu??? ^^

Quintz yang baru saja mau mengajak murid baru berjalan melihat ada yang jatuh.

Dengan cepat ia tertimpa dengan keras

"aw..ryu..."keluhnya kesal

"Cih, idiot." kalimat yang pendek namun cukup jelas dikeluarkan dari lidah tajamnya sekali lagi. Arthady kemudian bersandar ke pohon didekatnya menunggu apa yang akan dilakukan mereka. Kemudian ia menutup matanya sambil menggumamkan lagu yang terdengar dari headphonenya. Bakal ada sedikit pertengkaran kah? Kalau iya, tak buruk juga masuk ke sekolah ini, ia tersenyum picik setelahnya.

Beberapa menit kemudian ia berkata "Kau, cepatlah sedikit" kalimat itu ditujukannya pada lelaki berambut panjang hitam.

"Quintz... Mafkan aku kau tidak apa-apakan?". Ryu segera menjauh dari Quintz namun secara tidak sengaja tangannya kembali tergores oleh batu dan berdarah. Tapi ada yang lebih penting dari luka ditangannya

"Ada yang luka tidak ?" ucap Ryu sambil memperhatikan Quintz.

Quintz nyengir dan berdiri

"khawatirkan dirimu,Ryu,"katanya lembut

"nah,kau yang lagi sandaran!!!cepat!!!!"ujarnya riang

Val tengah berjalan dekat gerbang sambil melihat bahan kuliahnya yang baru diberikan padanya amat pagi sekali oleh seorang dosen. Dia menghela nafas panjang.

"Eng?" gumam Valen ketika dia melihat kepseknya berjalan bersama beberapa anak muda.

"Ah, sedang memandu, pak...?"

Quintz menoleh dan menyuruh val diam,ia ingin iseng saat ini

''wah,val!!sedang apa?!!"sapa Quintz riang

"Aku tidak apa-apa , kau tenang saja." Ryu benar-benar tidak menyadari luka ditangannya , baginya Quintz lebih penting, karena ia secara tidak sengaja sudah menyakitinya.

"Benar-benar tidak ada yang luka kan?"

Ryu kemudian melihat ke arah tempat orang yang dimaksud oleh Quintz, tampaknya sedikit galak. Mungkin ia murid baru karena Ryu belum pernah melihatnya sebelum ini. Dan dapat dipastikan bahwa ia lebih tua dari Ryu.

Dan datang lagi seorang murid baru yang tidak Ryu kenal.

WHAT?!! Kenapa bukannya bertengkar, dasar pengecut. Pecundang.

Seorang Arthady Kimaru kembali mengistirahatkan pikirannya dengan mengencangkan volume suara dari iPhonenya.

Apa pacaran? Membosankan..


Hmm? Siapa lagi? Ia membuka sebelah matanya dengan malas.

"Tak ada orangtua disini, bodoh. Kemana matamu?" jawabnya ketus.

Quintz hanya nyengir.

"Ayo kita lanjutkan..mau ikut,Ryu?"tawar Quintz polos

"Sedang membaca bahan kuliah, pak..." jawab Val sedikit muram, berat modul dan buku yang ia bawa mungkin hampir tiga kilo, melihat tebalnya yang sampai 25 cm.

"Oh...? Tadi ada ribut-ribut apa...? Pak... itu... darah...?" tanyanya sambil melihat pelipis kanan Quintz.

"kok pak? aku anak SMA lo !!"protes Quintz. tatapan matanya mengatakan,'diam kau bocah!!!!!!aku sedang asyik mengisengi orang!!'

"Quintz." ucap Ryu ketika mendengar ada darah di pelipis kanan Quintz. Ia kemudian mendekati Quintz, ketika mengangkat tangan kanannya ia baru sadar bahwa lengannya berdarah.

Karena lengan kanannya sakit maka Ryu menyembuhkan pelipis Quintz dengan tangan kirinya. Seperti biasanya luka tersebut seperti tidak pernah ada dalam waktu kurang dari satu detik dan tentu saja ada cahaya yang muncul.

"Sudah tidak sakit lagi kan?" LAnjut Ryu. Ia sudah tidak mempedulikan lagi lukanya yang penting Quintz tidak apa-apa.

"Ah, maaf, dik!" jawab Val cepat.

"Er... tapi adik terlihat tua... tidak lulus berapa tahun...?" katanya setengah mengejek.

Arthady menghela nafas tanpa mempedulikan ucapan lelaki yang baru datang tadi "Dari tadi kek! Ayo cepat." ia menjauhkan punggungnya dari batang pohon yang menyangganya tadi.

Ia kemudian melihat sebuah gedung yang lumayan tinggi, buktinya mereka yang masih jauh dari gedung itu saja bisa melihatnya. "Itu gedung untuk apa? Tak berseni, cih" Arthady menunjuk gedung yang dicat putih seadanya itu.

"masa?aku muda kok.."ia nyengi r sadis ke VAl

'tak kuluskan kau nanti..'matanya berkata begitu pada Val

Ryu menyebuhkan kaki yang bahkan ia tak tahu kalau itu luka.

"aih..tak perlu repot..."katanya riang. ia mengambil sapu tangan dan mengikatnya ketangan ryu.

"kau yang penting,aset XD.."

Ia menoleh pada Arthady.
"itu?itu main hall...."katanya