[o] Orang Moody datang ''a

Note : Semua Silahkan masuk yang charanya telah di app ''a
Mohon jangan asal nyelonong ''a (jadi tiba-tiba ada di sebelah saya gitu ''a)

Fin de vie, Revolte, Levee. Semuanya adalah orang yang sama. Satu orang berwajah sama tetapi mempunyai banyak identitas. Pencinta internet sejati. Memungkin jika mau ia bisa menikahi laptopnya sendiri. Sayang itu tidak mungkin.

Saat ini adalah hari pertama Revolte tampil di publik. Tampil sebagai seorang anak SMA yang baru berumur 14 tahun. Dilihatnya gerbang Fatalite Academy yang bersar dan megah. Ia melihat gedung itu. Gedung yang akan ditempatinya mulai saat ini. Sambil menjingjing beberapa tas, Revolte pun memasuki Gedung itu.

'apa yang akan terjadi hari ini' pikirnya sambil menatap ke langit

OOT ; Umurnya Din 14 tahun ya ?? @_@
--------------------------------------------------------------

"Selamat pagi , ano saya harus memanggil anda dengan apa?" Sapa Ryu dari belakang kepada orang yang dikenalnya , ketua Under Staff.

Usianya satu tahun diatas Ryu , tapi ia sudah berada ditingkat SMA, yang berarti membuktikkan otaknya diatas rata-rata atau mungkin ia menggunakan kekuataannya.

^oot : iya ''a

Revolte yang sedang melamun di tengah jalan, tersadar dari lamuannya saat seseorang dibelakangnya menyapa dirinya. Ia pun menoleh kebelakang dan dilihatnya, salah seorang bawahannya. Revolte pun menaruh tasnya lalu mengulurkan tangannya ke arah Ryu.

"Selamat pagi juga.. salam kenal. Nama saya Revolte du Destin. kalau anda?" Tanya Revolte dengan ramah sambil tersenyum sedikit sebagai topeng.

"Salam kenal juga Revolte." Ucap Ry usambil membalas uluran tangan atasannya itu.

"Nama saya Ryunichirou Rheindhardt, tapi anda bisa memanggil saya Ryu."

" Anda sedang menuju kemana Revolte?"

Revolte pun menjabat tangan Ryu sebentar lalu melepaskan tangannya dari genggaman pemuda di depannya itu.

Mendengar pertanyaan dilontarkan dengan cepat Revolte menjawab

"Ryu.. baiklah. Saya baru mau cari kamar saya"

"kalau anda? apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Revolte dnegan bodohnya. Padahal jawabannya cukup jelas. Ryu berada di sini karena sedang berjalan ke sini (lha?)

"Maksud anda kelas?" Tanya Ryu kemudian.

"Saya sedikit tersesat. Biasanya ada seseorang yang menemani saya agar tidak tersesat, tapi tampaknya hari ini tidak ada yang bisa menemani saya."

Lucu bukan seorang murid bangsawan bisa tersesat, tapi tiulah Ryu hanya mengandalkan insting untuk mencapai suatu tempat, untungnya tekadang insting Ryu benar.

Revolte benar-benar merasa super bodoh saat ini. Jelas sekali ia salah presepsi. Dengan muka agak merah karena malu. Ia menjawba dengan perlahan.

"kelas dan kantor"

Sekarang Revolte cukup terpenjat kaget. Ia berada di sebuah gedung besar, dengan 1 orang yang mengandalkan insting dan ia yang buta arah. Nasibnya...

"wah? lalu?" tanyanya dengan bodohnya sambil tolah-toleh sana sini.

"Oh."

"Biasanya saya mengandalkan insting untuk sampai ke suatu tempat jika tidak ada Quintz maupun Andy."

"Apakah anda bisa menujukkan jalan ke gedung SMP?"

Ryu memandang senpainya ini berharap bahwa ia tidak buta arah sepertinya, semoga saja harapannya terkabul

Ups. Sekarang ia benar-benar bingung. Bisa saja ia mengantarkan Ryu ke gedung SMP, tapi dia sendiri tidak tahu di mana gedung SMA. Berbekal nekat akhirnya Revolte pun menganggukan kepalanya tanda bisa.

"bisa, mau ke sanakah?" Tanya Revolte sambil mengambil tasnya

"Ya."

"Kelas SMP akan segera dimulai."

"Apakah tidak merepotkan Revolte?"

Untungnya orang ini tahu jalan berarti Ryu sudah bertemu dengan orang yang tepat. Mungkin lain kali Ryu akan meminta bantuannya jika tidak bisa bertemu dengan Quintz dan Adri.

Revolte pun melihat ke depan dan menarik nafas. Semoga ia masih hapal jalannya.

"Tidak apa kok. Mari sebelah sini." Kata Revolte sambil menunjuk jalan ke sebelah kanan. Tidak ia tahu bahwa jalan ke SMP itu ke sebelah kiri.

"Baiklah."

Ryu kemudian berjalan sesuai dengan arah yang ditunjuk oleh Revolte, tanpa mengetahui bahwa it uadalah arah yang salah.

Mereka berjalan kurang lebih selama 5 menit namun masih belum sampai di gedung SMP.

"Ano, apa benar ke arah ini?"

Revolte pun menghentikkan langkah kakinya sambil menatap Ryu.

"jujur. saya tidak tahu" jawabnya dengan pasrah.

Dilihatnya mereka kini berada di sebuah tapak jalan dan di kelilingi pepohonan. Hutan..

"Mungkin lebih baik kita menunggu seseorang datang."

"Atau kita melewati jalan yang tadi." ujar Ryu mencoba untuk memberikan saran.

Kalau begini sudah dapat dipastikan Ryu akan terlambat masuk kelas, tapi sebenarnya tidak terlalu berpengaruh juga karena tidak sulit untuk mengejar ketinggalan pelajaran, apalagi ini baru awal tahun ajaran baru.

Revolte masih celingak-celinguk. Akhirnya dengan pasrah ia pun berjalan mendekati beberapa pohon dan duduk di sana.

"Jujur... peta sekolah ini bikin bingung" Kata Revolte sambil menghela nafas dan menyenderkan bahunya.

"Niat bolos?" tanya Revolte iseng.

"Lebih tepatnya sekolah ini terlalu luas." ucap Ryu sambil duduk dan bersandar di sebuah pohon yang cukup besar.

"Boleh juga, tapi jika ketahuan Adri aku pasti akan diomeli."

Sekolah yang sangat luas, sebenarnya rumah Ryu juga tidak kalah luas dengan sekolah namun Ryu sudah terbiasa dengan rumahnya hingga ia tidak akan tersasar terlalu parah.

Revolte menyetujui perkataan Ryu. Sekolah ini memang luas.

Ia tidak mengenal tentang Adri yang di maksudkan RYu.

Maka dari itu ia pun bertanya "Adri siapa?"

"Adriano Constanza, dia salah satu guru disini."

"Selain itu dia juga merupakan teman masa kecilku."

"Kalau tidak salah ia guru bagian SMA."

perkataan ryu bagaikan geledek di kepala Revolte. bagaimana tidak?

guru tersebut adalah guru SMA.

"s-s-s-SMA ya> hahaha" tawa Revolte gugup

Quintz yang sedang kabur gara-gra maling makanan di kantin bertemu 2 makhlus US

"ah!!!! kok ada mereka!!!!"keluhnya ksal.

"Tenang saja biarpun galak ia baik kok."

Meraaskan aura yang sangat familiar disana , otomatis Ryu langsung mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Untung instingnya tepat.

"Quintz, untung kau datang."

"Aku tersesat lagi."

"ah!!ha..."belum selesai,kepala kantin berteriak mengejarnya

"Schwartz sensei!!kembalikan makanan itu`~~~~!!!'teriak penjaga kantin.
Quintz langsung lari lagi

Revolte diam di tempat. Ia melihat kejadian di depan matanya dengan malas. Tidak salah lagi. Kejadian ini dikarenakan oleh bapak kepala sekolah yang terhormat.

Dalam diam Revolte pun bangkit berdiri dan mencegah Quintz untuk kabur.

"Mau ke mana? Bapak kepala sekolah" kata Revolte pada Quintz sambil memegang tangan Quintz dengan erat

"mau kabur"jawabnya polos

"let me go~~'katanya memelas. Ia masih mengunyah roti jeruk yang baru saja matang ,dan itu lah yang ia curi tadi

"Maafkan dia Pak, biar saya yang membayar barang yang ia ambil." ucap Ryu sambil menyerahkan uang yang cukup banyak kepada kepala kantin tersebut.

"Terima kasih." Jawab Kepala kantin setelah ia menerima uang , iapun pergi dari tempat itu.

"Bah, Quintz bisa jelaskan kenapa kau mencuri?"