Datangnya Ishigami

Dentuman drums dan decitan gitar listrik menguasai telinga Ishigami Satsuki yang tersumpal headset. Pemuda itu berjalan memasuki pintu gerbang Fatalite, dengan menyandang ranselnya di bahu kirinya. Kepalanya menunduk, memandangi jalan yang sedang ditapakinya. Bayang-bayang orang berlalu lalang di sekitarnya, Fatalite itu sekolah yang ramai, ya?

Siapa peduli. Masuk, ya masuk.

Ishii mengedip dengan malas dan dengan raut wajah tidak niat, dia melangkah menuju gedung sekolahnya itu.

Hari yang damai kembali mendatangi Asuka seperti setiap hari. Ketika menuju ke gedung sekolah, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang pemuda.

Hm.. Sepertinya dia murid baru juga, kata Asuka dalam hatinya. "Halo, kau juga anak baru?" tanya Asuka pada pemuda tersebut

Telinga Ishii disumbat headphone yang memainkan musik keras. Sengaja, karena ia malas bercakap-cakap dengan sesama murid baru. Bagi Ishii, tidak ada artinya sama sekali. Tasnya dibiarkan bergelantungan di satu lengan sementara langkah pelan dan terlihat malas.

Bukannya Ishii malas sekolah, Ishii hanya ingin mendengarkan musik saja. Dia tidak mau hobinya ini diganggu oleh apapun juga, termasuk bel sekolah.

Kalau para murid memberi salam pada guru penjaga gerbang sekolah, Ishii melewatinya begitu saja tanpa mau repot-repot melepas headphone-nya untuk sekedar mendengar omelan beliau. Dan maaf saja, kalau ada yang sok akrab menyapanya, Ishii pun tak akan bisa mendengarnya.

(OOC: @Asuka-chan, no offense. Silakan caplok ja chara saya =w=d)

Melihat orang yang disapanya diam saja, Asuka tetap menghampirinya. "hei, kenapa kau diam saja?" tanya Asuka lagi.

Ia lalu menepuk salahsatu punggung dari pemuda tersebut.

Mendapat tepukan di punggung, kedamaian hati Ishii selagi mendengarkan musik pun terganggu. Serta merta pemuda itu berpaling dengan satu sentakan. Sorot matanya dingin nan galak seolah berkata "siapa yang berani menggangguku?" Makin jengkel saja rasanya ketika melihat si pelaku adalah seorang cewek yang notabene dua puluh senti lebih tinggi darinya.


Dengan satu tarikan tegas pada pusat cabang kabel di dadanya, dia membuka kedua sumbat telinganya. Pandangannya dingin, tapi bukan berarti galak lagi. Hanya tidak menampakkan wajah bersahabat saja.

"Apa?" tanyanya.